Minggu, 16 Januari 2011

Biografi KH. Tb. Badru Tamam


Sekelumit Sejarah Hidup KH. Tb. Badru Tamam, MA.

Nama lengkapnya adalah H. Tb. Badru Tamam Basri[1]. dilahirkan di Bogor pada tanggal 16 April 1976. Putra terakhir dari tujuh bersaudara, dari pasangan Alm. KH. Tb Asep Basri dan Hj. Siti Saodah. Pendidikan dasarnya dari SD Negeri Bojongnangka dan MI (Madrasah Ibtidaiyah) ar-Rahmah pada tahun 1982-1988, kemudian melanjutkan ke SMP YAPIDA pada tahun 1988-1991, Aliyah di Leuwiliang Bogor tahun 1991-1992. Kemudian pindah ke pondok salafy di Garut tahun 1992-1993, dan ke Pondok Pesantren an-Nidzham Sukabumi tahun 1993-1994. namun ketika hendak kuliah ayahnya menyuruhnya untuk mondok lagi di Pondok Modern Gontor tahun 1994-1998. Setamat dari pondok Gontor kemudian hendak pergi belajar ke Yordania, namun ketika mendekati pemberangkatan ke Yordania ayahnya menyuruhnya untuk melanjutkan pendidikan di UIKA (Universitas Ibn Khaldun Bogor tahun 1998-2002. Atas perintah dan dukungan ayah serta keluarga kemudian melanjutkan ke Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2003-2006. Dan sekarang sudah menyelesaikan tesis dengan judul “Kosa kata Non Arab Yang Terdapat Dalam al-Quran” analisa kebahasaan.
Cita-citanya ketika masih kecil ingin menjadi tentara dilarang oleh ayahnya, karena ayahnya mempunyai niat untuk menjadikan kader pondok. Keinginan ayah diterimanya dengan ikhlas, walaupun cita-citanya menjadi tentara tidak tercapai. Ia memang anak yang berdisiplin dalam waktu dan menurutnya waktu adalah permata yang harus dihargai. Kedisiplinan dalam waktu sudah dibiasakannya sejak kecil. Karena ayahnya sangat keras dalam disiplin waktu terutama waktu shalat, dan waktu pengajian al-Quran. Dua hal tersebut yang selalu diperhatikan ayahnya. Doktrin yang masih teringat sampai sekarang dari ayahnya; “aing teu boga anak anu teu daek shalat jeung teu bisa ngaji!”; saya tidak punya anak yang tidak mau shalat dan tidak bisa ngaji. Pendidikan keras dari ayahnya sangatlah bermakna dalam hidupnya, walaupun terkadang dengan paksaan tersebut beliau merasa terkekang. Namun apalah daya karena kerasnya didikan ayah mau tidak mau anak harus menurutinya. Setiap shubuh beliau harus selalu mengaji al-Quran dengan sapu lidi ditangan ayah, salah sedikit saja dari makharij huruf maka sapu melayang ke paha dan punggung. Demikian seterusnya setiap kali mengaji al-Quran. Bahkan pernah ketika beliau ingin berhenti dari pondok karena tidak kerasan lalu ayahnya memaki-makinya dan mengusirnya; “Lamun sia rek eureun ti pondok ulah balik ka imah! Aing teu boga anak model sia!”; kalau kamu mau berhenti dari pondok jangan pulang ke rumah! Saya tidak punya anak sepertimu!. Inilah yang menjadikan beliau bermental pantang menyerah dan selalu tawakal dalam hidup.
Maka untuk memantapkan ubudiyah dan ibadahnya sang ayah mengajaknya ke tanah suci Mekah ketika beliau berusia 17 tahun untuk haji. Namun kekhawatiran sang ayah masih ada disaat beliau berusia 25 tahun, kemudian ayahnya menikahkannya dengan Nenden Yeni Mulyani putri dari KH. Buldan Komaruddin Cianjur. Dengan dikaruniai tiga anak. Yang pertama seorang putri bernama Falha Rahma Fahma Zyda Najha. Kedua seorang putra bernama Baraj Cahya Persada Khidma Lillah. Dan ketiga seorang putri bernama Faykar Layla Tamam. Maka lengkaplah keinginan sang ayah agar beliau menjadi dewasa.     
Pengalamannya dibidang keorganisasian tidak banyak digelutinya, karena ayahnya melarang keras untuk aktif diluar lingkungan pondok, dan agar beliau lebih konsentrasi di dalam pondok. Namun sekelumit pengalamannya dibidang keorganisasian yaitu pernah menjabat sebagai ketua MPPI (Majelis Pemberdayaan Pesantren Indonesia) wilayah Bogor tahun 2003-2004. dan Ketua Pengajian Pemuda Kecamatan Gunung Putri tahun 2000-2002. Karya-karyanya yang sudah digarap adalah buku keorganisasian untuk kalangan Pondok Pesantren yang berjudul “Konsep Idealisme Piramida di Pondok Pesantren”. Dan buku Darurrahmahisme; yaitu buku tentang kepondokpesantrenan Darurrahmah, serta masih banyak lagi karya-karya ilmiah lainnya. Sekarang beliau menjabat sebagai Pimpinan Pondok Pesantren Darurrahmah, meneruskan estafet ayahnya yang sudah meninggal dunia tahun 2004. Ambisinya untuk menjadikan Pondok Pesantren Darurrahmah sebagai lembaga pendidikan yang tampil beda dengan nuansa sistem yang inovatif sangatlah kuat.
Kiprahnya sejak tahun 1998 sampai sekarang tidaklah mudah seperti membalikan telapak tangan, dengan berbekal mental dan keyakinan yang mantap ia selalu berambisi bagaimana agar Pondok Pesantren Darurrahmah “tampil beda untuk anda” sangatlah tinggi. Dengan berbagai penataan sistem dan pembangunan beliau selalu kembangkan. walaupun terkadang gesekan antar keluarga terjadi itu tidak menjadikannya untuk mengendor dalam berjihad.
Hayalan-hayalannya yang agung sangatlah mengaktual dalam aspek pembangunan pendidikan pondok. Walaupun terkadang kaki menjadi kepala dan sebaliknya, uang belanja dapur terpakai untuk membeli semen bukanlah hal yang aneh tapi sudah biasa dalam kesehariannya. Baginya hidup adalah perjuangan yang harus sampai titik ajal tiba.
Kiprahnya di pondok sejak paska meninggalnya orangtua tercinta sangatlah banyak baik dalam aspek kualitas keilmuan santri maupun dalam aspek pembangunan pondok.
a.       Aspek kualitas keilmuan santri dengan mengadakan perombakan sistem lama dengan sistem baru dengan konsep idealisme piramida, pengkajian dan penyusunan kurikulum dan silabus, pengkajian kualitas keilmuan guru, input dan output santri dalam penguasaan keilmuan serta gerak langkah mereka ditengah masyarakat luas, penyaluran dan pengembangan bakat/kreatif santri sebagai manifestasi “Darurrahmah Tampil Beda Untuk Anda”. Dan masih banyak lagi.
b.      Aspek pembangunan banyak yang sudah dicapainya diantaranya; estafet penyempurnaan dalam pembangunan gedung al-Basri dua lantai yang baru dicapai oleh Abah (orangtua) sekitar 65%. Pengadaan sarana lapangan bola dengan membumi hanguskan 15 lokal ruang belajar/kelas, penataan lingkungan pondok dengan memperbanyak penghijauan dan pewarnaan bangunan yang representatif, pembangunan perumahan guru, pembangunan perkantoran baik bagi staf-staf pondok maupun OPD, serta sarana penunjang untuk olahraga dan untuk belajar santri. [2]
Yah...itulah Badru Tamam anak kecil tempo dulu yang sekarang sudah menjadi bapak bagi santri-santrinya. Seakan baru kemarin ia digendong sang ibu tercinta, menangis merengek minta jajanan sekarang sudah menjadi orang yang dituakan.
Semoga perjuangannya diridloi dan diberkahi Allah. Amin...


[1] Basri adalah nama tambahan setelah ayahnya meninggal, sebagai julukan nasab
[2]  Gerakan tersebut dimulai sejak tahun 2004 sampai dengan sekarang.

Darurrahmahisme

DARURRAHMAHISME RUHIYAH PONDOK Selayang Pandang Bapak Pimpinan Pondok الحمد لله رب العالمين . وبه نستعين . ألصلاة والسلام علي حبيبه الكري...