Minggu, 16 Januari 2011

Cara Mengajar


Cara Mengajar dan Belajar

      Sistem di P&K ini berbeda dengan sistem di beberapa perguruan. Arabiyah di kelas II ke atas sudah menjadi bahasa pengantar pengetahuan agama. Bahasa arab secara aktif ialah cara terbaru dalam mengajarkan bahasa yang hidup, berarti dapat dipergunakan dalam percakapan mulai dari kelas II, meskipun pelajaran nahwunya belum begitu tinggi. Demikian bahasa Inggris dalam metode pembelajaran seperti bahasa Arab, meskipun gramatika bahasanya belum diajarkan.
      Perbedaan cara mengajar dan cara belajar antara di P&K dan di luar diantaranya ialah:
a)      Keseimbangan antara ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama
b)      Keseimbangan dalam pelajaran bahasa Arab dan bahasa Inggris
c)      Para santri tinggal di dalam asrama yang berdisiplin
Inilah yang dimaksud dengan “setingkat tidak berarti sama”.

      Sebenarnya pelajaran permulaan di P&K hanya cukup didasari dengan ilmu pengetahuan dasar, dengan sekolah dasar lulusan ujian negeri. Sedang pengetahuan Agama harus didasari dengan dapat membaca al-Quran dengan lancar dan baik. Dan dapat menulis Arab dengan lancar. Apabila kedua dasar itu tidak seimbang, maka sulit untuk mengikuti pelajaran dengan baik.
      P&K sejak permulaan pelajaran bahasa Arab dan bahasa Inggris diajarkan secara aktif; artinya terus dipakai untuk bercakap-cakap dalam pergaulan sampai menjadi bahasa pengantar dalam beberapa mata pelajaran, bukan sekedar mengerti atau pasif. Jadi tidak hanya sekedar dapat bercakap-cakap. Ujian-ujian dari kelas I naik ke kelas II, banyak yang harus dijawab dengan bahasa Arab. Metode yang dipakai untuk keduanya itu ialah metode Berlitz dan sebagainya.
      P&K dengan metode ini dan dengan pengalaman beberapa tahun telah mengeluarkan beratus-ratus tamatannya, ternyata sukses. Berhubung dengan hal tersebut sulit hubungan atau perpindahan dari sekolah-sekolah atau madrasah-madrasah lain dengan P&K di Pondok Pesantren Darurrahmah. Ada dan pernah, dan betul-betul pernah terjadi, seorang pelajar belajar di Pondok Pesantren selama lebih dari lima tahun sampai hafal al-Fiyah (nahwu), tetapi ilmu pengetahuan umumnya baru setingkat sekolah dasar, sedang menulis dan mengarang dalam bahasa arab sebarispun belum dapat. Di kelas berapa siswa seperti ini harus duduk?.
      Pernah terjadi siswa pindahan dari sekolah umum tingkat SMA kelas dua bersikeras untuk bisa duduk di kelas enam (SMA kelas 3) sementara kemampuan bahasa dan agamanya masih nol. Kira-kira di kelas berapakah siswa tersebut harus duduk?.
            Kami ingat betul para mahasiswa Indonesia yang akan dikirim ke luar negeri, baik ke Inggris, Jepang, Jerman, Amerika, dan Arab; hampir semuanya harus melalui persiapan “bahasa” selama dua tahun. Waktu dua tahunpun belum dianggap cukup. Maka sekarang kelas I dan II, juga kelas I DJ (LilJiddi) dianggap sebagai kelas persiapan seperti tersebut diatas. Bagi siswa kelas I yang telah mempunyai capital lebih dari yang diperlukan di kelas I, tidak usah khawatir akan merugi, bahkan apabila kapitalnya itu betul-betul matang akan menolong banyak di dalam mencari dan mempelajari metode atau jalan baru, dan dapat mengetrapkan capital ilmunya itu, sama saja dengan yang dari sekolah negeri maupun dari pondok-pondok pesantren.

Darurrahmahisme

DARURRAHMAHISME RUHIYAH PONDOK Selayang Pandang Bapak Pimpinan Pondok الحمد لله رب العالمين . وبه نستعين . ألصلاة والسلام علي حبيبه الكري...